JenisKonflik dan Faktor yang Mempengaruhinya Secara umum konflik antarnelayan dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam, yaitu : (1) konflik kelas, (2) konflik orientasi, (3) konflik agraria, dan (4) konflik primordial. Konflik kelas atau disebut juga konflik vertikal, yakni konflik antara nelayan perikanan industri dengan nelayan perikanan BadanPertanahan Nasional (BPN) tidak tegas dan tidak prorakyat dalam menyelesaikan sengketa lahan sawit milik warga yang diklaim PT Barat Selatan Makmur Investindo (BSMI) Mesuji Lampung. Konflik yang terjadi karena tuntutan warga tidak dapat dipenuhi pihak PT BSMI. “Warga menuntut 7.000 hektare lahannya lepas dari PT BSMI, tapi BPN tidak Konflikdapat menimbulkan dampak baik yang sifatnya konstruktif maupun yang destruktif. Karena dampak yang ditimbulkannya tidak selamanya jelek, maka perlu dikelola dan penanganan yang baik. B. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian yang telah diuraikan sebelumnya, pokok permasalahan dalam pembahasan ini adalah: 1. ContohMakalah IPS Tentang Konflik Sosial – Haii brader/sister dalam kesempatan ini saya ingin berbagi sebuah Contoh Makalah IPS Tentang Konflik Sosial, makalah ini saya buat agar pembaca tau tentang Konflik Sosial yang sering terjadi di berbagai negara. Berikut ini makalah yang sudah tersusun di bawah ini, semoga bermanfaat. AnalisisKonflik dan Rekomendasi Kebijakan mengenai Papua Rangkuman Khusus Analisis konflik ini berfokus pada dinamika konflik dan masalah-masalah yang terjadi pada periode paska Otsus (Otonomi khusus) sesudah tahun 2001, di Papua. Kekayaan sosial, budaya dan sumber alam di Papua bertolak belakang dengan tingkat keamanan manusia. Sedangkankonflik internasional adalah konflik yang terjadi antar bangsa-bangsa di dunia yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan. Di peta terlihat bahwa Yaman berbatasan darat dengan Arab Saudi, dan menguasai perairan strategis Bab el Mandab dan teluk Aden, dan bahkan menguasai pulau Socotra yang kini menjadi pangkalan militer AS. Padakawasan Hutan Pendidikan Gunung Damar Dulamayo,hasil pertanian yang diperoleh masyarakat sekitar untuk menutupi kebutuhan hidupnya tidaklah cukup.Oleh karena itu, disamping bertani mereka juga melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan ( seperti pengambilan kayu illegal ),yang memberikan dampak negatif dilingkungan sekitarnya yaitu MakalahTentang Konflik Sosial Get link; Facebook; Twitter; Pinterest; Email; Other Apps; November 01, 2011 ANALISIS KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI PAPUA DAN PAPUA BARAT MENURUT PANDANGAN SOSIOLOGI.. Download it Free!! Sosiologi dan Budaya. Get link; Facebook; Twitter; Pinterest; Email; MakalahSosiologi Masyarakat Perikanan. Oleh Pengusaha Muda 12 Agu, 2021. Makalah Sosiologi Masyarakat Perikanan dengan judul Pengaruh Modernisasi Teknologi dapatmemicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pemilik kepentingan atau sistem pedesan yang mengalami industrialisai yang mendadak akan memunculkan konflik sosial, sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. xr3Eopq. Makalah ini dibuat untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pola interaksi dan dampak serta tanggapan masyarakat lokal terkhusus di kelurahan kalampangan, kecamatan sabaru, palangkaraya,kalimantan tengah terhadap masayarakat pendatang / transmigarasi, dengan mengedepankan pemahaman filosofi Huma Betang. Hasil dari makalah ini yaitu pola interaksi dan tanggapan masyarakat setempat bisa dikatakan cukup baik dalam artian masyarakat lokal dan pendatang mampu bekerjasama untuk membangun daerah tersebut, terlebih lagi dalam sektor pertanian dan peternakan. Sebagai bentuk dampak positif yang dihasilkan yaitu Desa Kalampangan cukup dikenal sebagai desa pemasok hasil pertanian dan sayuran yang sukses/ berhasil bagi Palangkaraya. Filosofi huma betang merupakan salah satu dasar bagi orang dayak dalam menjalin hubungan sosial dimana memiliki pemahaman asas kebersamaan baik itu dengan sesama ataupun orang lain. Sebagai masyarakat yang beragam sulit pula dikatakan akan minim konflik, namun hal ini bisa diminimalisir dengan adanya interaksi dan komunikasi sosial yang baik baik itu antara masyarakat lokal ataupun masyarakat pendatang. Namun masyarakat pendatang dan masyarakat lokal dapat berkolaborasi untuk membangun daerah setempat, Keberagaman adalah salah satu bagian besar bagi indonesia dimana masyarakat indonesia yang terkenal akan multikulturalnya baik itu agama, suku, budaya dan ras, saran dari penulis yaitu perkuat pemahaman akan jiwa nasionalisme sehingga akan sangat membantu dalam memahami dan menghargai antar sesama ataupun orang lain dan tidak memunculkan perpecahan ataupun pertikaian. Jika suatu saat terjadi suatu konflik ataupun sebagainya hendaknya dirundingkan secara kekeluargaan terlebih dahulu. Kata kunci Interaksi, Dampak, dan Tanggapan serta Saran Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MAKALAHINTERAKSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP MASYARAKATPENDATANG DALAM FILOSOFI HUMA BETANG KALIMANTAN TENGAH DIKELURAHAN KALAMPANGANDisusun Oleh Nama Cris Aditya PratamaNIM GAB 117 041FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS PALANGKA RAYAPALANGKA RAYA2020 ABSTRAK Makalah ini dibuat untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana polainteraksi dan dampak serta tanggapan masyarakat lokal terkhusus di kelurahankalampangan, kecamatan sabaru, palangkaraya,kalimantan tengah terhadapmasayarakat pendatang / transmigarasi, dengan mengedepankan pemahamanfilosofi Huma Betang. Hasil dari makalah ini yaitu pola interaksi dan tanggapanmasyarakat setempat bisa dikatakan cukup baik dalam artian masyarakat lokaldan pendatang mampu bekerjasama untuk membangun daerah tersebut, terlebihlagi dalam sektor pertanian dan peternakan. Sebagai bentuk dampak positif yangdihasilkan yaitu Desa Kalampangan cukup dikenal sebagai desa pemasok hasilpertanian dan sayuran yang sukses/ berhasil bagi Palangkaraya. Filosofi humabetang merupakan salah satu dasar bagi orang dayak dalam menjalin hubungansosial dimana memiliki pemahaman asas kebersamaan baik itu dengan sesamaataupun orang lain. Sebagai masyarakat yang beragam sulit pula dikatakan akanminim konflik, namun hal ini bisa diminimalisir dengan adanya interaksi dankomunikasi sosial yang baik baik itu antara masyarakat lokal ataupun masyarakatpendatang. Namun masyarakat pendatang dan masyarakat lokal dapatberkolaborasi untuk membangun daerah setempat, Keberagaman adalah salahsatu bagian besar bagi indonesia dimana masyarakat indonesia yang terkenalakan multikulturalnya baik itu agama, suku, budaya dan ras, saran dari penulisyaitu perkuat pemahaman akan jiwa nasionalisme sehingga akan sangatmembantu dalam memahami dan menghargai antar sesama ataupun orang laindan tidak memunculkan perpecahan ataupun pertikaian. Jika suatu saat terjadi suatu konflik ataupun sebagainya hendaknyadirundingkan secara kekeluargaan terlebih kunci Interaksi, Dampak, dan Tanggapan serta Sarani DAFTAR ISIABSTRAK............................................................................................................. iDAFTAR ISI........................... .............................................................................. iiKATA PENGANTAR............................................................................................ iiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2C. Tujuan............................................................................................................ 2BAB II PEMBAHASANA. Landasan Teori.............................................................................................. 3B. Uraian Materi................................................................................................. 5 Toleransi keberagaman di kelurahan kalampangan kalimantan tengah.................................................................................. 5 Dampak keberagaman dari orang-orang pendatang non-daerah setempat............................................................................. 8C. Solusi.......................................................................................................... 10BAB III PENUTUPA. Kesimpulan................................................................................................ 11B. Saran......................................................................................................... 11DAFTAR PUSTAKAKATA PENGANTAR2 Puji dan syukur saya ucapkan kepada TUHAN Yang Maha Esa, atas berkat danlimpahnya penulis masih diberikan kesehatan dan kekuatan untuk dapatmenyelesaikan penulisan makalah ini dengan Tema Keberagaman guna untukmemenuhi tugas mata kuliah Reformasi Administrasi selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mempunyaikekurangan, oleh karena itu masukan ataupun kritik dan saran yang membangundari pembaca sangat dinantikan dan diperlukan guna untuk menyempurnakanmakalah ini saya meminta maaf yang sebesar-besarnya, jika didalam penulisanterdapat kesalahan dalam pemilihan kata, penulisan ataupun pengetikan yangkurang berkenan di hati pembaca sekalian. Demikian semoga makalah ini 3 BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang kaya akankeberagaman baik itu suku, agama, ras, dan lain sebagainya. Mengutippengertian keberagaman menurut dinas pendidikan dan kebudayaanRepublik Indonesia dimana keberagaman merupakan suatu kondisi di dalammasyarakat yang terdapat banyak perbedaan didalam berbagai bidang baikitu suku, agama, ras, jenis kelamin, dan sebagainya. Negara indonesia jugamerupakan suatu negara yang terdiri dari banyak penduduk, jadi tidakmenutup kemungkinan peduduk yang tinggal pada suatu daerah bisaberpindah-pindah dalam artian melakukan perpindahan penduduk dari suatutempat ke tempat lainya dan menetap dalam waktu yang cukup lama, baikitu untuk mencari pekerjaan ataupun sebagainya. Biasanya mereka inidisebut dengan pendatang oleh warga setempat. Kehadiran para pedatang ini memberikan keberagaman disuatudaerah baik itu suku,agama, dan lain sebagainya. Sebagai contoh sepertijudul yang diangkat penulis kali ini yaitu mengenai orang pendatang yangberada di Kalimanatan Tengah. Kalimantan Tengah itu sendiri seperti yangkita ketahui suku aslinya yaitu Suku Dayak, dan memiliki pemahaman filosofiHuma Betang yakni menjunjung tinggi toleransi. Menurut Cahyoko 2008dalam Suprayitno 2018, provinsi Kalimantan Tengah merupakanprovinsi yang heterogen dalam hal etnis. Populasi etnis adalah; Suku Dayaksebanyak orang atau 41,24% terdiri dari 18,2% Dayak Ngaju,Dayak Sampit 9,57%, Dayak Bakumpai 7,51%, Dayak Katingan 3,34% danDayak Ma'anyan 2,8%, Banjar 435,756 orang atau 24,2%, orang Jawadari orang atau 18,06%, Madura orang 1 atau 3,46%, Sunda atau 1,36%, dan sisanya adalah suku Bugis,Betawi, Minangkabau, dan Banten. Di sini saya selaku penulis mengambil contoh daerah agar lebihspesifik lagi yakni pada kelurahan Kalampangan, yaitu suatu kelurahan yangterletak di Kecamatan sabagau, Kota Palangkaraya Provinsi KalimantanTengah. Di kalampangan ini, dari data yang penulis dapat ada cukup banyaksekali populasi orang pedatang, dalam artian bukan suku asli orangkalimantan tengah itu sendiri. Menurut data yang di dapat, sebagian besarmengatakan bahwa mereka pergi merantau guna menacari pekerjaan danmengikuti program dari pemerintah itu sendiri. Kelurahan kalampangan merupakan sebuah kelurahan yangmayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, berkebun dan mengurusternak. Kelurahan yang tidak cukup jauh dari pusat kota palangkaraya inijuga dikenal sebagai suatu keluarahan yang sukses dalam transmigrasinyasehingga mampu memberikan dampak baik berupa pemasok sayuran, danlain sebagainya. Kelurahan kalampangan juga dikenal dengan tempat kebunbuah naganya yang banyak, yang merupakan salah satu programpemerintah untuk mebuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. B. Rumusan MasalahBagaimana toleransi keberagaman dikelurahan kalampangan, kalimantantengah?C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu guna mengetahui danmempelajari apa itu keberagaman dikalimantan tengah serta mengetahuitanggapan dan dampak yang disebabkan dengan adanya pendatang-pendatang terkhusus dari luar daerah untuk tinggal dalam kurun waktu yangcukup lama, serta guna memenuhi tugas perkuliahan reformasi administrasipublik dengan tema IIPEMBAHASAN2 A. Landasan Teori Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapatbanyak perbedaan dalam berbagai bidang. Terlihat dari suku bangsa, ras,agama keyakinan, ideologi politik, sosial budaya, ekonomi dan lainsebagainya. Menurut kementiran pendidikan dan kebudayaan RI Menurut Kamus besar bahasa indonesia keberagaman merupakansuatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaandalam berbagai bidang terutama bangsa,ras, agaman, ideologi, dan M. Scheidel mengungkapkan bahwa komunikasi dilakukan untukmenyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosialdengan orang sekitar, dan untuk mempengaruhi orang lain untukmerasa,berpikir,atau berperilaku seperti yang diinginkan. Menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi efektifmenimbulkan hal sebagai berikut 1. Pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuliseperti yang dimaksudkan oleh Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikaninformasi dan membentuk pengertian. Ada kala disaat kita tidakmencari keterangan, akan tetapi dilakukan hanya untukmengupayakan orang lain merasa apa yang disebut analisistransaksional. Komunikasi inilah yangmenjadikan hubungan hangat,akrab, dan Mempengaruhi sikap Komunikasi paling sering dilakukan untuk mempengaruhiorang lain. Komunikasi persuasif memerlakukan pemahaman tentangfaktor-faktor pada diri komunikator dan pesan yang menimbulkanefek pada Hubungan sosial yang baik Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungansosial yang baik. Hal itu dikarenakan sebagai makhluk sosial yangtidak tahan hidup sendiri, sehingga kita ingin berhubungan denganorang lain secara Tindakan Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang bukan halyang mudah, tetapi susah lagi ketika ingin mempengaruhi Namun, jauh lebih susah ketika mendorong orang bertindak. Tingkatke efektifan komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yangdilakukan oleh komunikan. jurnal komunikasi anatar budayapenduduk pendatang dengan penduduk asli, melti budi srikandi,2016 Stephen Cole mengatakan dalam suatu hubungan sosial, persepsidari masing-masing pihak terhadap pihak-pihak lainya sangat berpengaruhterhadapat interaksi sosial yang sedang berlangsung, karena berdasarkanpersepsi masing-masing itu mereka saling memberi makna terhadapkehadiran atau keberadaan pihak lain, serta menentukan bagaimana merekaberinteraksi satu sama lainnya. Toleransi merupakan sikap/sifat menenggang berupa menghargaiserta memperbolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaanmaupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri. MenurutPoerwadarminto 1986 184. Sikap dan perilaku toleransi dapat diwujudkandalam kehidupan sehari-hari, dimanapun kita berada, baik di lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, bahkan berbangsadan bernegara, diantaranya yaitu toleransi agama, toleransi sosial, dantoleransi kultural Lalu, 2010 324. Filosofi Huma Betang adalah realitas subyektif dari kehidupanmasyarakat Dayak yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, bantuan,egalitarianisme, kekerabatan, konsensus, dan kehidupan dalam masyarakat. Linton Ralph, 200538, masyarakat merupakan sekelompokmanusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka itudapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial denganbatas-batas tertentu. Menurut Koentjaraningrat, 1996 121 Masyarakatmerupakan pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupandalam batas kesatuan tersebut, yang sifatnya khas, mantap danberkesinambungan, sehingga menjadi adat-istiadat. Masyarakat lokaldiartikan sebagai kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajathubungan sosial dengan dua dasar yaitu lokalitas dan Uraian Toleransi keberagaman di Kelurahan kelampangan, kalimantantengah4 Dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 pasal 1, ayat 2menyebutkan transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarelauntuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di kawasan transmigrasiyang diselenggarakan oleh pemerintah. Dan ayat 3 mengatakan bahwaTransmigran adalah warga negara Republik Indonesia yang berpindahsecara sukarela ke kawasan transmigrasi. Interaksi dalam masyarakat sangat diperlukan terutama bagimasyarakat pendatang transmigran dan masyarakat asli agar terjadi prosespembauran. Agar proses tersebut dapat tercapai maka masing-masinganggota masyarakat harus memiliki sikap toleransi, keterbukaan, dan salingmenghargai satu sama lain. Toleransi adalah sikap/sifat menenggang berupamenghargai serta memperbolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan,kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiriPoerwadarminto 1986 184. Sikap dan perilaku toleransi dapat diwujudkandalam kehidupan sehari-hari, dimanapun kita berada, baik di lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, bahkan berbangsadan bernegara, diantaranya yaitu toleransi agama, toleransi sosial, dantoleransi kultural Lalu, 2010 324. Di dalam uraian materi ini disini penulis juga memberikan ulasanmengenai lokasi dan tempat yang penulis angkat. Secara garis besar disinisaya mengambil daerah palangkaraya, yakni pada kawasan kelurahankalampangan dikecamatan sabagau, Provinsi Kalimantan merupakan daerah dengan luas kawasan 46,25 Km2 denganjumlah penduduk dan memiliki kepadatan 84,54 perKm2 bps kotapangkaraya 2015/ Disini penulis sangat tertarik dengan potensi yang disebabkan olehsebagian besar dari dampak keberagaman yang disebabkan olehpendatang-pendatang dari luar daerah. Mengutip dari laporan potrait kinerjaTPS3R dalam yang mengatakan bahwa daerah kelurahankalampangan merupakan areal penduduk transmigarasi yang berhasil,dimana wilayah ini penduduknya bermata pencaharian dengan bertani danternak. Menurut pandangan dari penulis, interaksi antara warga setempatdengan para pendatang atau transmigran ini bisa dikatakan cukup baikdalam artian masyarakat setempat mampu menerima dan bekerja sama5 dalam membangun wilayah tersebut. Sebagai contoh yang bersumber Akhmad Tamanuruddin 58 adalah potret transmigran tangguhdan petani yang tak henti bereksperimen. Lahan marjinal di kelurahanKalampangan, kecamatan Sabagau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah iarombak menjadi lebih produktif. Para peneliti, kalangan perbankan danlembaga penelitian-pun berdatangan menemui beliau. Mereka memintaTamanuruddin, yang akrab disapa Taman, untuk berbagi metode bercocoktanam dan mempercaainya untuk mengerjakan proyek penelitian danmenjadikan lahannya sebagai tempat percontohan budidaya varietas-varietas unggulan untuk meningkatkan pendapatan para petani. Dari contoh tersebut dapat kita simpulkan bahwa didalamkeberagaman peran para pendatang juga cukup berpengaruh terhadapkondisi suatu daerah tersebut, pemahaman mengenai filosofi Huma Betangjuga harus benar-benar bisa dipelajari dan diterapkan di kehidupan sosialagara terciptanya kedamaian dan kerukunan serta tercapainya tujuanbersama. Menurut Faishal Pramana Indra Kusuma dalam Filosofi HumaBetang diantaranya adalah 1. Hidup rukun dan damai walaupun terdapat banyak perbedaan Huma Betang dihuni oleh 1 keluarga besar yang terdiri dari berbagaiagama dan kepercayaan, namun mereka selalu hidup rukun dan yang ada tidak dijadikan alat pemecah diantara dengan berkembangnya zaman , masyarakat Dayak sudah mulaimeninggalkan rumah adatnya dan beralih kepada tempat tinggal yang lebihmodern. Walaupun demikian keharmonisan tidak hanya terjadi di HumaBetang. Seluruh masyarakat Kalimantan Tengah selalu menjagakeharmonisan itu dengan cara saling hormat menghormati dan juga 2. Bergotong Royong Perbedaan yang ada tidak membuat penghuni Huma betangmemikirkan kelompoknya sendiri. Mereka slalu bahu-membahu dalammelakukan sesuatu, misalnya apabila ada kerusakan di Huma Betang .mereka bersama-sama memperbaikinya , tidak memandang agama ataupunsuku. Tidak hanya di Huma Betang, Seluruh masyarakat Kalimantan Tengahdiharapkan juga bahu-membahu dalam membangun daerahnya tidakmemandang suku bahkan Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan kekeluargaan Pada dasarnya setiap penghuni rumah menginginkan kedamaian dankekeluargaan. Apabila ada perselisihan akan di cari pemecahnya dengancara damai dan kekeluargaan. Begitu pula di Huma Betang , masyarakatDayak cinta damai dan mempunyai rasa kekeluargaan yang tinggi. Peristiwa kerusuhan Sampit tahun 2001 lalu adalah masa kelamprovinsi ini , dalam kerusuhan ini terjadi antara masyarakat suku Dayak danMasyarakat suku pendatang dari pulau Jawa yaitu suku yang ada sempat membuat provinsi ini tidak aman, perkelahiandimana-mana, termasuk peristiwa pembantaian. Perselisihan terjadi sangatalot, sampai saat perdamaianpun tiba. Demi kedamaian juga keamanan Kal-Teng mereka bersedia Menghormati Leluhur Setelah masuknya agama-agama baru seperti Hindu, Kristen, danIslam, banyak masyarakat Dayak berganti kepercayaan. Walaupun demikianmasih ada sebagian dari mereka yang menganut agama nenek moyangyaitu Kaharingan. Untuk menghormati leluhur mereka , masyarakat sukuDayak melakukan upacara adat. Upacara adat tersebut terdiri dari ritualmembongkar makam leluhur dan membersihkan tulang belulangnya untukkemudian disimpan di dalam sanding yang telah dibuat Dampak Keberagaman dari Orang-Orang Pendatang Non-Daerah Setempat Berbicara soal dampak, tentu saja akan mengacu pada dampakpositif dan dampak negatif. Melalui adanya program tarnsmigrasi hendaknyadiharapkan tumbuhnya kerjasama yang saling menguntungkan antaramasyarakat pendatang atau transmigran dengam masyarakat yang berda disekitar lokasi permukiman transmigrasi atau masyarakat lokal. Sebagai7 suatu program dari pemerintah transmigrasi ini dilakukan gunameningkatkan penyebaran penduduk, dan tenaga kerja serta berperandalam pembangunan dan pengembangan suatu daerah sehinggaberdampak kepada taraf hidup mayarakat disitu. Berikut dampak yang dihasilakan menurut undang-undang RepublikIndonesia Nomor 29 tahun 2009 1. Mobilitas penduduk 2. Pertemuan antar budaya3. Adanya pembinaan4. Meningkatkan kesejahteraan 5. Proses percepatan pembangunan Adapun dampak yang penulis simpulkan dari data yang terjadi dikelurahan Kalampangan yaitu sebagai berikut a Adanya perkembangan pendudukPerkembangan yang menuju dari segi jumlah dan keragaman padadaerah kalampangan b Menambah laju pertumbuhan perekonomian di wilayah kalampanganPara pendatang/transmigran dan masyarakat lokal mampu meciptakankolaborasi dan kerjasama dalam pembangunan perekonomiandikalampangan salah satunya melalui bidang pertanian, perternakan, danperkebunanc Adanya percepatan pembangunanPembangunan akan lebih diprioritaskan pada wilayah yang memilikibanyak penduduk karena menyangkut kepentingan orang banyak. d Multikultural pendudukAdanya keberagaman baik itu dari segi budaya, agama, suku ataupu raspada suatu daerah yakni seperti di kelurahan Terciptanya hubungan antar sesamaKeberagaman atau masyarakat yang multikultural ini sekiranya mampumembangun hubungan antar sesama warga negara indonesia. f Adanya kolaborasi anatara penduduk asli dan penduduk pendatang Masyarakat asli atau lokal mampu bekerjasama dengan masyarakatpendatang atau transmigran dalam membangun daerah yang merekatempati, baik itu perekonomian, Penyebaran penduduk yang merata 8 Melalui program transmigrasi oleh pemerintah sekiranya mampu mengisidaerah-daerah yang minim penduduk sehingga peyebaran pendudukindonesia pun bisa merata disetiap Solusi Solusi dari berberapa studi dan pengalaman dilapangan, minimkemungkinan suatu saat tidak akan terjadi konflik disuatu daerah baik ituantara masyarakat lokal dan pendatang, entah itu karena kecumburuansosial ataupun masalah lainnya. Namun guna mengantisipasi hal ini terjadiatau meminimalisirkan hendaknya sebagai sesama manusia untuk salingmenghargai sesama dan menjalin interaksi dengan baik, agar terciptanyakedamaian dan kerukunan antar sesama warga indonesia. filosofi humabetang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan harus lebihditanamam ke dalam pribadi masing-masing masyarakat dan bisadiimplementasikan dengan baik dalam kehidupan sosial yang nyata, baik itumelalui program pemerintah ataupun swasta. Melakukan bimbingan-bimbingan, baik itu yang dilaukan olehpemerintah ataupun swata guna untuk memberikan modal dan pemahamankepada BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan Filosofi huma betang merupakan salah satu dasar bagi orang dayakdalam menjalin hubungan sosial dimana memiliki pemahaman asaskebersamaan baik itu dengan sesama ataupun orang lain. Sebagaimasyarakat yang beragam sulit pula dikatakan akan minim konflik, namunhal ini bisa diminimalisir dengan adanya interaksi dan komunikasi sosialyang baik baik itu antara masyarakat lokal ataupun masyarakat contoh dampak keberagaman dari para pendatang yang bersifatpositif dapat kita lihat pada kelurahan kalampangan, dimana masyarakatpendatang dan masyarakat lokal dapat berkolaborasi untuk membangundaerah setempat, baik itu melalui sektor pertanian, perternakan dansebagainya. Dan untuk mengatasi dampak yang bersifat negatif setidaknyadapat diminimalisirkan dengan bimbingan dan perilaku serta interaksi yangbaik, dengan memperhatikan aturan-aturan yang ada didaerah tersebut. B. Saran Keberagaman adalah salah satu bagian besar bagi indonesia dimanamasyarakat indonesia yang terkenal akan multikulturalnya baik itu agama,suku, budaya dan ras, saran dari penulis yaitu perkuat pemahaman akanjiwa nasionalisme sehingga akan sangat membantu dalam memahami danmenghargai antar sesama ataupun orang lain dan tidak memunculkanperpecahan ataupun pertikaian. Ada sebuah pepatah yang mengatakan“dimana kaki berpijak disitu langit dijunjung” hal ini memiliki arti dimanapunkita berda hendaknya kita juga saling menghargai lingkungan dimana kitaberda, dalam artian saling menghormati jangan semena-mena meskipun kita10 memiliki jabatan ataupun pangkat. Dengan saling menghargai dan tidakmengambil hak orang lain, maka kehidupan bermasyarakat pun akantentarm dan damai. Bagi masyarakat lokal pun hendaknya mampu menjalin kerjasamayang menguntungkan sehingga mengahsilkan inovasi untuk membangundaerah secra bersam-sama dan saling mengahrgai adalah poin utamanyameskipun masyarakat lokal, setidaknya jangan semena-mena akan oranglain kapan perlu ajak untuk bersama berkolaborasi untuk kemajuan dankesejahteraan bersama. Jika suatu saat terjadi suatu konflik ataupun sebagainya hendaknyadirundingkan secara kekeluargaan terlebih PustakaSuprayitno, S., Putri, Triyani, T. 2019. Strategy on the National Unityand Politics Agency KESBANGPOL in Maintaining Ethnicity and Religions11 Relations Based on Huma Betang Philosophy in Central Internasional Research and Critics Institute-Journal Birci-Journal.24. 229-238. DOI 3469Sulistyorini, Gusti Budjang A, Supriadi 2016 Analisis Pola Interaksi SosialDalam Bentuk Toleransi Antara Masyarakat Transmigrasi Dan MasyarakatAsli Melati Budi Srikandi, Pawito 2016 Komunikasi Antar Budaya PendudukPendatang Dengan Penduduk Asli Studi Kasus Di Dusun Wanasari KotaDenpasar Provinsi Bali Maulida Eka 2018, Sistem Sosial Masyarakat Pendatang DenganMasyarakat Tempatan Studi Di Kampung Pondok Baru Kecamatan BandarKabupaten Bener Meriah Ping, Martinus Nanang, Sabiruddin 2018 Bentuk KomunikasiMasyarakat Pendatang Dengan Masyarakat Lokal Dalam Proses AdaptasiAntar Budaya, eJournal Ilmu Komunikasi, 2018, Volume 6 No 4 83-96ISSN 2502-5961 Cetak, ISSN 2502-597 Online, © Copyright 2018Akhmad Fauzi Sofyan, 2013 Pengaruh Transmigrasi Terhadap KehidupanSosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Tepian Makmur Kecamatan RantauPulung Kabupaten Kutai Timur. eJournal Ilmu Pemerintahan, 2013, 1 31167-1180 ISSN 2338-3615, © Copyright 201312 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication. Pendahuluan Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu melakukan interaksi dan kontak sosial dengan orang lain. Dalam kelompok individu, manusia ini saling berhubungan sehingga terbentuklah kelompok yang besar yang disebut masyarakat. Menurut Soekanto 2003 manusia dicirikan sebagai orang-orang yang hidup bersama, bercampur dalam waktu yang lama dalam suatu kesatuan, dan merupakan suatu sistem hidup pertama. Masyarakat desa sebagai bagian dari suatu struktur sosial memiliki karakteristik dalam aspek-aspek kehidupan, seperti memiliki solidaritas yang tinggi, menjunjung tinggi kerja sama, hidup sederhana, serta memiliki pranata sosial yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama secara mekanistik. Desa Tugujaya merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamtan Cigombong Kabupaten Bogor dengan luas wilayah ± Ha, di atas permukaan laut sekitar 500-700 Mdpl, dan tinggi curah hujan sebesar 250-550 mm/t, yang terdiri dari 7 dusun, 11 Rukun Warga dan 44 Rukun Tetangga dengan suhu udara berkisar 25-27o C. Batas wilayah Desa Tugujaya meliputi sebelah utara berbatasan dengan Desa Cisalada dan Pasirjaya, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cigombong, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kutajaya Kec. Cicurug Kab. Sukabumi, dan sebelah barat berbatasan dengan Gunung Salak. Penduduk Desa Tugujaya sebanyak Jiwa dan sebagian besar merupakan angkatan kerja potensi yaitu sebanyak 36%. Sebagian besar angkatan kerja terserap oleh dunia pertanian dan angkatan kerja muda potensial memilih masuk sebagai karyawan di dunia industri. Kondisi wilayah Desa Tugujaya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukabumi di wilayah selatan sebagai kawasan berikat industri menjadikan daya tarik tersendiri bagi kaum muda, sehingga mereka lebih memilih bekerja sebagai buruh pabrik daripada mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada dengan berbagai kekurangan dan keterbatasan. Berdasarkan kebijaksanan pertanahan pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang dijabarkan dalam UU No. 5 tahun 1960 UUPA, serta lebih lanjut UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang diamanatkan bahwa penataan ruang diselenggarakan berasaskan kepada pemanfaatan ruang bagi semua keperluan secara terpadu, berkelanjutan, keterbukaan, kesamaan, keadilan, dan perlindungan hukum. Dalam hal ini lahan di Desa Tugu Jaya banyak yang dikonversikan dari lahan pertanian menjadi vila-vila oleh investor yang berasal dari kota-kota besar seperti Jakarta. Konversi lahan pertanian tersebut mengakibatkan hilangnya mata pencaharian utama masyarakat sebagai petani dan keterbatasan akses terhadap lahan. Masyarakat lokal terpaksa mencari pekerjaan lain seperti buruh tani, penjaga vila, dan kuli batako. Adanya kesenjangan antar kelas sosial dalam struktur sosial masyarakat, distribusi akses baik dari lahan ataupun masalah agraria secara tidak merata, serta perbedaan-perbedaan kepentingan dan kebutuhan antar pribadi individu dapat menjadi potensi konflik sosial di wilayah tersebut. Potensi konflik yang muncul pada masyarakat Tugu Jaya berhubungan dengan konversi lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi villa, hingga dapat memicu munculnya konflik terbuka manifest. Peran elit desa, seperti Kepala Desa dan stakeholder lainnya dalam membuat kebijakan untuk meredam potensi konflik yang ada di antara masyarakat Desa Tugu Jaya menjadi hal penting untuk dilihat dalam penelitian ini. Konversi lahan pertanian menjadi villa yang mengakibatkan potensi konflik dapat menimbulkan suatu perubahan sosial, baik pada relasi sosial, struktur sosial, ataupun menimbulkan perubahan fenomena-fenomena sosial di Desa Tugu Jaya. Selain itu, proses perkembangan zaman dari waktu ke waktu yang dialami oleh masyarakat di Desa Tugu Jaya menimbulkan adanya suatu perubahan yang dapat dianalisis dengan menggunakan komponen-komponen perubahan sosial, yang mencakup identitas, level tingkat, lama, arah, besaran, serta kecepatan Vago 1989. Untuk lebih spesifik lagi, maka penelitian ini ingin menganalisis potensi konflik yang ada di Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor yang menyebabkan timbulnya perubahan sosial. Fokus dari penelitian ini adalah potensi akibat adanya konversi lahan pertanian mengingat lokasi Desa Tugu Jaya yang banyak terdapat lahan pertanian yang dialihfungsikan sebagai villa. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat tiga buah rumusan masalah yang diambil dalam penelitian mengenai analisis potensi konflik sosial di Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Masyarakat Desa Tugu Jaya memiliki stuktur sosial tertentu yang digunakan untuk aktivitas hidup mereka sehari-hari. Sektor pertanian yang mendominasi membuat sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, sehingga lahan menjadi hal yang sangat penting bagi setiap individu. Namun, adanya konversi lahan pertanian yang digunakan untuk pembangunan villa menyebabkan makin sempitnya lahan yang dapat digarap, serta menjadikan masyarakat sekitar beralih mata pencaharian. Dalam bermasyarakat, hubungan yang terjalin antar struktur sosial ataupun antar individu tidak selalu baik, namun terkadang adanya perbedaan dan pertentangan yang berpotensi menimbulkan konflik sosial. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana bentuk konversi lahan pertanian yang terjadi pada masyarakat Desa Tugu Jaya? 2. Apa saja yang menjadi potensi konflik sosial dalam masyarakat Desa Tugu Jaya? 3. Bagaimana pengaruh potensi konflik sosial tersebut terhadap perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Desa Tugu Jaya? Tujuan Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini meliputi 1. Menganalisis bentuk-bentuk dan mekanisme konversi lahan yang terjadi pada masyarakat Desa Tugu Jaya; 2. Mengidentifikasi potensi konflik sosial yang terdapat dalam masyarakat Desa Tugu Jaya; 3. Menganalisis pengaruh potensi konflik sosial tersebut terhadap perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Desa Tugu Jaya Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian yang dilakukan dengan cara turun lapang mata kuliah Perubahan Sosial dan Sosiologi Pedesaan diaksanakan selama tiga hari, yaitu dimulai dari hari Jumat, 20 Desember 2013 hingga hari Minggu, 22 Desember 2013. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Tuguj Jaya merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor dengan luas wilayah ± Ha, di atas permukaan laut sekitar 500-700 Mdpl, dan tinggi curah hujan sebesar 250-550 mm/t, yang terdiri dari 7 dusun, 11 Rukun Warga dan 44 Rukun Tetangga dengan suhu udara berkisar 25-270. Jumlah penduduk Desa Tugujaya menurut data terbaru desa tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari KK dan rumah. Sebagian besar masyarakat di Desa Tugu Jaya merupakan warga asli yang menetap, dengan corak sosial budaya relatif masih homogen. Sebanyak masyarakat Desa Tugu Jaya bermataencaharian sebagai petani dengan 1420 merupakan pemilik tanah, sebagai petani penggarap, dan 387 orang sebagai buruh tani. sementara itu, sebanyak orang bermatapencaharian sebagai buruh industri, pedagang sebanyak 265 orang, sektor jasa 417 orang, dan pegawai negeri sipil hanya 66 orang. Hampir seluruh masyarakat di Desa Tugu Jaya memeluk agama islam. Sedangkan tingkat pendidikan masyarakat di Desa Tugu Jaya masih tergolong rendah, yaitu sebanyak orang hanya tamat SD/sederajat. Fasilitas umum yang terdapat di Desa Tugu Jaya meliputi mesjid, sekolah, puskesmas, dan lapangan. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan secara kualitatif dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan beberapa pendekatan untuk mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan terkait konflik yang terjadi di masyarakat Desa Tugu Jaya. Pendekatan kuantitatif berupa pengumpulan data-data sekunder yang diperoleh dari buku, disertasi maupun data dari kantor Desa Tugu Jaya. Selain itu dilakukan juga pengamatan langsung untuk mengetahui keadaan fisik desa maupun sosial masyarakatnya. Wawancara mendalam dilakukan kepada masyarakat setempat dan stakeholder desa dengan mengacu pada daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Berdasarkan pengamatan dan wawancara tersebut didapat data primer dan sekunder. Data primer meliputi data terkait keadaan desa dan masyarakat dengan pengamatan secara langsung. Sedangkan untuk data sekunder adalah data tambahan yang mendukung dan terkait. Data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mendapat kesimpulan berupa jawaban dari perumusan masalah. Pembahasan I. Konversi Lahan Pertanian Desa Tugu Jaya Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif masalah terhadap lingkungan dan potensi lahan tersebut Astuti 2011. Konversi Lahan menurut Sihaloho 2004 adalah proses alih fungsi lahan khususnya dari lahan pertanian ke non-pertanian atau dari lahan non-pertanian ke lahan pertanian. Menurut Sihaloho 2004, faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu 1. Faktor pada aras makro meliputi pertumbuhan industri, pertumbuhan pemukiman, pertumbuhan penduduk, intervensi pemerintah dan marginalisasi ekonomi. 2. Faktor pada aras mikro meliputi pola nafkah rumah tangga struktur ekonomi rumah tangga, kesejahteraan rumah tangga orientasi nilai ekonomi rumah tangga, strategi bertahan hidup rumah tangga tindakan ekonomi rumah tangga. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Desa Tugu Jaya, sebelum adanya konversi lahan, masyarakat sekitar awalnya bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat menggantungkan hidupnya dengan cara memanfaatkan lahan untuk di olah dan hasilnya untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual ke pasar. Lahan pertanian biasanya ditanami dengan tanaman padi maupun palawija berupa singkong dan umbi-umbian sebagai tanaman pokok Desa Tugu Jaya. Namun, ternyata hal tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Harga palawija dipasaran dihargai dengan harga yang cukup murah. Selain itu, hasil pertanian tidak menentu masa panennya, dengan waktu yang cukup lama petani baru mendapatkan penghasilan atas apa yang telah ditanam, tetapi kadang kala waktu yang dicurahkan dalam sektor pertanian tidak sebanding dengan berapa banyak uang yang mereka dapatkan. Dengan tuntutan hidup dari zaman ke zaman yang terus meningkat namun pendapatan yang dihasilkan tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Maka mereka memikirkan cara lain, bagaimana tetap bisa bertahan hidup dengan mendapatkan uang dalam waktu yang cepat dan tetap memiliki pekerjaan yang dapat mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Pada sekitar tahun 1994, investor mulai berdatangan ke Desa Tugu Jaya, mereka tertarik untuk membeli lahan yang ada di Desa Tugu Jaya, para investor pun memberikan tawaran kepada petani yang disana berupa harga lahan yang cukup menggiurkan. Alasan investor tertarik untuk mengembangkan Desa Tugu Jaya sebagai lahan bisnis didasari karena letak desa yang berada di dataran tinggi sehingga memiliki cuaca yang sejuk. Hal ini akhirnya menjadi daya pikat masyarakat kota yang sehari-harinya hidup di tengah hiruk pikuk kota yang menjenuhkan. Akhirnya karena terdesak oleh faktor ekonomi, petani menjual lahan pertaniannya kepada investor karena tertarik dengan harga yang dijanjikan. Setelah lahan tersebut berpindah tangan ke tangan investor baik asing maupun ivestor dari kota-kota besar, lahan tersebut kemudian diubah menjadi vila-vila. Petani yang menjual lahannya akhirnya beralih profesi menjadi penjaga vila. Namun siring dengan kehadiran vila yang semakin banyak tersebut menimbulkan polemik di Desa Tugu Jaya. Vila-vila seringkali disalahgunakan oleh sebagian pihak sebagai tempat prostitusi. Selain itu, hal ini berakibat pada lahan pertanian yang berkurang dengan digantikannya oleh pembangunan vila-vila. Para investor membeli lahan tetapi lahan tersebut terbengkalai dan tidak terurus. Lahan yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk digarap namun dengan demikian masyarakat kehilangan hak untuk dapat memanfaatkan maupun mengakses lahan tersebut. Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani kemudian kehilangan lahannya bahkan kesulitan untuk mengakses lahan tersebut. Hal ini berdampak pada beralihnya mata pencaharian masyarakat yang dahulu menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, seperti beralih menjadi buruh ataupun kuli batako. Masyarakat merasa takut untuk mengolah lahan meskipun lahan tersebt terbengkalai. Dari kasus konversi lahan yang terjadi di Desa Tugu Jaya, dimana adanya konversi lahan pertanian menjadi vila-vila maka dapat dianalisis bahwa faktor yang mempengaruhi konversi lahan adalah faktor pada aras mikro. Masyarakat menjual tanahnya karena adanya pengaruh pola nafkah rumah tangga. Himpitan masalah ekonomi yang membuat masyarakat membutuhkan lebih banyak uang membuat mereka menjual tanahnya. Tujuan masyarakat hanyalah untuk kesejahteraan rumah tangga dan sebagai tindakan untuk bertahan hidup, meskipun pada akhirnya masyarakat pun mengalami kerugian setelah vila-vila mulai banyak bermunculan di Desa Tugu Jaya. II. Potensi Konflik Sosial dalam Masyarakat Tugu Jaya Dewasa ini, masyarakat di dunia khususnya Indonesia sering dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang tak jarang menimbulkan perselisihan. Permasalahan-permasalahan ini dikenal oleh masyarakat dengan istilah konflik. Konflik berasal dari kata kerja configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Fuad dan Maskahan 2000 dalam Musdalifah tanpa tahun menyatakan bahwa menurut wujudnya, konflik dapat berwujud tertutup laten, mencuat emerging, dan terbuka manifest, juga dapat meningkat eskalasi. Sedangkan menurut level permasalahannya, terdapat dua jenis konflik, yakni konflik vertikal dan konflik horizontal. Konflik yang terjadi di masyarakat secara umum disebabkan oleh adanya perbedaan. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan antar individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, serta perubahan sosial Soekanto 2003. Konflik di desa berasal dari berbagai sumber diantaranya, lahan dan hak atas sumber daya alam, perebutan sumber nafkah, persoalan keluarga dan perebutan jodoh, pertikaian antar etnis, perbedaan agama, serta persoalan politik dan antar elit di desa. Selain sumber-sumber yang telah disebutkan, di desa juga terdapat potensi konflik diantaranya, konflik dan potensi konflik agraria, migrasi penduduk pedesaan, hubungan antar suku bangsa, serta kebijakan desentralisasi pembangunan dan otonomi daerah. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di Desa Tugu Jaya sejak Jumat, 20 Desember 2013 hingga Minggu, 22 Desember 2013, konflik yang mencuat nyata ke permukaan adalah konflik mengenai lahan dan hak atas sumberdaya alam. Dalam kasus ini terjadi konversi lahan dari lahan pertanian menjadi villa-villa modern. Pada awalnya lahan tersebut milik masyarakat lokal yang dijadikan sumber nafkah utama, akan tetapi rendahnya penghasilan masyarakat yang dihadapkan dengan meningkatnya harga-harga kebutuhan membuat masyarakat menjual lahan mereka dengan harga miring, lahan yang berpindah kepemilikan tersebut yang kini dijadikan sebagai villa-villa di Desa Tugu Jaya. Keberadaan villa tersebut semakin lama mengusik kenyamanan warga, berdasarkan keterangan Bapak Kepala Desa Tugu Jaya, Bapak SS. Villa-villa tersebut tak jarang beroperasi di luar jam normal berkunjung yaitu jam dini hari, pengunjung yang datang ke villa biasanya adalah pasangan muda yang belum memiliki ikatan perkawinan secara sah. Hal ini dikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif terhadap masyarakat sekitar dan menggeser nilai-nilai budaya lokal. Tak hanya itu, permasalahan konversi lahan juga membuat banyak petani kehilangan pekerjaannya. Berdasarkan informasi yang didapatkan melalui wawancara dengan salah seorang petani, beliau memaparkan bahwa petani serabutan yang mencoba mencari nafkah dengan memanfaatkan lahan kosong yang tidak terurus milik pihak asing dituduh melakukan perusakan lahan dan dilaporkan ke pengadilan. Untung saja, banyaknya pembelaan dari warga membuat kasus ini dapat diredam secara kekeluargaan. Lebih lanjut dijelaskan oleh beberapa responden yang bernapa Bapak S dan Bapak DH bahwa para masyarakat merasa tidak setuju adanya konversi lahan menjadi vila yang makin marak terjadi karena pada awalnya lahan tersebut merupakan lahan milik negara yang bebas untuk digarap oleh para petani lokal. Bapak S menjelaskan saat ini saja dirinya sedang mengolah lahan tumpang sari yang lahannya dimiliki oleh orang Jakarta. Beliau juga mengatakan bahwa pendapatan yang di dapat setiap harinya hanya berkisar 10-20 ribu rupiah dan hanya mencukupi untuk makan satu keluarga. Bapak DH sebagai koordinator petani gurem setempat menjelaskan bahwa saat ini permasalahan yang ada adalah antara petani dan pemilik lahan yang ada disana. Menurutnya petani seringkali ketakutan dalam menggarap lahan. Lahanpun sering lama terbengkalai sebelum dibangun menjadi sebuah vila, padahal seharusnya daripada lahan menganggurmlahan tersebut bisa diolah oleh masyarakat sekitar. Bapak DH juga memberikan informasi bahwa hasil tumpang sari petani di sekitar desa dijual ke pengusaha beras analog, namun hasil tersebut kurang bisa memenuhi kuota produksi karena minimnya produktifitas mereka semenjak lahan mulai dibeli dan dikonversi menjadi villa. Responden yang bernama Bapak R yang merupakan manajer operasional pabrik beras analog pun mengiyakan bahwa industri yang seharusnya dapat memberdayakan petani lokal tersebut belum berjalan secara maksimal karena produktivitas petani setempat yang masih belum memadai sehingga perusahaan harus mendapat pasokan bahan baku dari Jawa Tengah. Saat ini lahan negara yang dahulu bebas digarap sudah semakin berkurang karena mulai dibeli oleh pihak developer yang mengembangkan lahan tersebut untuk dijadikan villa. Namun ternyata berdasarkan keterangan dari responden yang merupakan ketua Lembaga Pengembangan Masyarakat LPM Desa Tugu Jaya, Bapak I menjelaskan bahwa pihak pemerintah desa langsung berinteraksi dengan investor-investor yang hendak membeli lahan dan mendirikan villa. Beliaupun menceritakan bahwa lembaga LPM desa seringkali tidak dilibatkan dalam pembuatan kebijakan desa, meskipun beliau sudah mengabdikan dirinya di Desa Tugu Jaya selama 20 tahun lamanya. Menurut keterangnya pula pihak desa kerap mengabaikan LPM desa karena pihak investor lebih menarik dan dapat meningkatkan potensi pariwisata yang ada di Desa Tugu Jaya, sehingga tidak menggubris mayoritas masyarakat yang menolak adanya konversi lahan tersebut. Konversi lahan dan kesenjangan hak atas sumber daya alam yang terjadi di Desa Tugu Jaya seperti yang telah dijelaskan di atas tersebut merupakan potensi konflik yang terdapat di Desa Tugu Jaya. Hal ini karena contoh-contoh kasus yang dijelaskan oleh beberapa responden dapat menimbulkan konflik sosial, namun hingga saat ini konflik tersebut belum menimbulkan adanya gerakan oleh masyarakat untuk melawan karena masyarakat memiliki rasa takut, terbukti dari ketidakmampuan masyarakat desa beserta para stakeholder untuk menentang dan menutup villa-villa di sekitar desa. Potensi konflik yang terjadi berdasarkan keterangan responden juga sudah mulai mencuat ke permukaan yang dibuktikan dengan sudah pernah ada masyarakat yang diseret hingga ke pengadilan karena dituduh melakukan perusakan lahan yang sudah dibeli oleh investor. Dalam hal ini terdapat kesenjangan di antara struktur masyarakat Desa Tugu Jaya. III. Pengaruh Potensi Konflik Sosial Terhadap Perubahan Sosial yang Terjadi dalam Masyarakat Desa Tugu Jaya Potensi konflik yang terdapat di Desa Tugu Jaya yaitu konflik mengenai lahan, dimana adanya konversi lahan pertanian menjadi villa-villa. Konflik koversi lahan ini menimbulkan pengaruh terhadap mata pencaharian masyarakat sekitar. Sebelum adanya konversi lahan menjadi villa, masyarakat sekitar mengolah lahan pertanian, baik menjadi pemilik lahan maupun petani penggarap. Namun, setelah adanya villa akses atas lahan di Desa Tugu Jaya semakin berkurang. Masyarakat pun menjadi petani serabutan yang tidak jelas mengolah lahan siapa yang mereka garap. Kondisi ini menyebabkan pihak yang sudah membeli lahan tersebut membuat suatu larangan yang ditujukan kepada masyarakat sekitar untuk tidak mengolah lahan secara sembarangan. Bagi masyarakat yang melanggar peraturan tersebut akan dikenakan sanksi pidana. Hal ini juga telah diungkapkan oleh Kepala Desa setempat tentang adanya sanksi pidana. Sansi pidana ini sudah pernah dialami sendiri oleh masyarakat seperti yang dijelaskan oleh salah satu responden yang bernama Bapak DH. Beliau mengatakan bahwa dahulu pernah ada yang melanggar praturan tersebut dengan mengolah lahan yang sudah beralih kepemilikan, sehingga sempat diproses hingga ke pengadilan, namun orang tersebut masih beruntung karena akhirnya dapat dibebaskan. Adanya larangan tersebut membuat masyarakat menjadi takut untuk menjadi petani serabutan. Masyarakat yang takut kemudian berganti profesi menjadi kuli batako. Dari kondisi yang terjadi di Desa Tugu Jaya tersebut, dapat dianalisis menggunakan enam komponen perubahan sosial yang diungkapkan oleh Steven Vago. Komponen yang pertama yaitu identitas. Komponen identitas yang berubah pada masyarakat di Desa Tugu Jaya adalah pola relasi sosial di mana tadinya masyarakat hanya berhubungan dengan sesama masyarakat desa. Tetapi semenjak adanya konversi lahan pertanian menjadi vila, relasi berubah menjadi antara masyarakat dengan pemilik villa. Selain itu struktur sosial juga mengalami perubahan dimana peran pihak investor menjadi lebih dominan, bahkan peran lembaga desa seperti LPM tidak diberitahu oleh pemerintah desa mengenai pembangunan villa. Komponen yang kedua adalah tingkat level. Tingkat level perubahan yang terjadi di Desa Tugu Jaya, yaitu di tingkat kelompok. Hal ini diikarenakan perubahan pada tingkat ini berdampak pada pola interaksi antar masyarakat dengan masyarakat menjadi masyarakat dengan pemilik villa. Komponen yang ketiga adalah lama perubahan. Perubahan yang berlangsung di Desa Tugu Jaya tergolong perubahan long term karena villa-villa tersebut sudah berdiri sejak tahun 1994 yang artinya perubahan sosial yang terjadi sudah cukup lama dan bertahan hingga saat ini, bahkan hingga pembangunan villa semakin banyak terjadi. Komponen selanjutnya yaitu arah. Arah perubahan yang terjadi yaitu secara linear. Perubahan sosial yang ada di Desa Tugu Jaya berlangsung secara maju dari waktu ke waktu yang dibuktikan dengan semakin banyaknya konversi lahan pertanian yang digunakan untuk villa, sehingga menyebabkan perubahan pada masyarakat. Komponen kelima adalah kecepatan. Perubahan yang terjadi di Desa Tugu Jaya berdasarkan kecepatannya termasuk pada perubahan yang lambat karena perubahan yang terjadi tidak mengalami perkembangan yang cepat, permasalahan utama yang muncul hanya berkutat pada konversi lahan saja, yang menyebabkan masyarakat sulit mengakses lahan tersebut. Sedangkan komponen yang terakhir yaitu besaran. Perubahan yang terjadi termasuk dalam besaran incremental karena perubahan yang terjadi di Desa Tugu Jaya berlangsung sedikit demi sedikit namun teratur. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan villa yang makin lama makin banyak dari waktu ke waktu. Pada zaman dahulu villa-villa dibangun jauh dari pemukiman warga, namun seiring dengan berjalannya waktu villa-villa di sana dibangun semakin mendekati pemukiman warga. Konflik mengenai konversi lahan menjadi villa yang terjadi di sekitar Desa Tugu Jaya berdasarkan teori konflik termasuk ke dalam teori konflik kritis. Berdasarkan teori ini, Marx mengungkapkan bahwa konflik antar kelas disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar kelas sehingga menimbulkan tindakan bersama. Pada teori ini terdapat dua pihak, yaitu pihak pertama sebagai penindas dan pihak kedua sebagai tertindas. Potensi konflik di Desa Tugu Jaya yang disebabkan karena konversi lahan pertanian terjadi di antara kelas sosial yang terdapat di struktur sosial masyarakat setempat. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesenjangan antara kedua kelas tersebut dalam hal penguasaan lahan. Pihak elit desa yang mempunyai wewenang dalam membuat kebijakan cenderung lebih berpihak kepada investor yang membeli lahan-lahan desa untuk dijadikan sebagai villa daripada melindungi masyarakat setempat dari kurangnya lahan yang dapat diolah. Meskipun dianalisis menggunakan teori konflik kritis, namun fenomena sosial yang terdapat di Desa Tugu Jaya masih berupa potensi konflik karena masyarakat di desa tersebut belum melakukan gerakan untuk melawan secara langsung untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kesimpulan Dari penjelasan dan uraian pembahasan di atas dapat kami rumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut • Bentuk konversi lahan yang ada di Desa Tugu Jaya yaitu adanya perubahan alih fungsi lahan yang semula lahan pertanian menjadi vila-vila. • Potensi konflik sosial dalam masyarakat Desa Tugu Jaya, konflik yang mencuat nyata ke permukaan adalah konflik mengenai lahan dan hak atas sumberdaya alam. Dalam kasus ini terjadi konversi lahan dari lahan pertanian menjadi villa-villa modern. Keberadaan villa mengusik kenyamanan warga, Villa-villa tersebut tak jarang beroperasi di luar jam normal berkunjung. Tak hanya itu, permasalahan konversi lahan juga membuat banyak petani kehilangan pekerjaannya. Konflik mengenai lahan dan hak atas sumber daya alam yang terjadi di Desa Tugu Jaya masih merupakan potensi konflik karena meskipun potensi konflik tersebut sudah mulai mencuat ke permukaan yang dibuktikan adanya masyarakat yang diproses hingga ke pengadilan, namun masyarakat tidak mampu dan tidak membuat gerakan sosial sebagai bentuk perlawanan. Bahkan, hingga saat ini villa-villa masih terus dibangun. • Potensi konflik yang terdapat di Desa Tugu Jaya yaitu konflik mengenai lahan, dimana adanya konversi lahan pertanian menjadi villa-villa. Konflik koversi lahan ini menimbulkan pengaruh terhadap mata pencaharian masyarakat sekitar. Dengan dianalisis melalui enam komponen perubahan sosial oleh Steven Vago , pada komponen identitas yang berubah pada masyarakat di Desa Tugu Jaya adalah pola relasi sosial antar sesama masyrakat dan perubahan struktur. Kedua yaitu tingkat level termasuk di tingkat kelompok, pola interaksi antar masyarakat dengan masyarakat menjadi masyarakat dengan pemilik villa. Ketiga adalah lama perubahan tergolong perubahan long term karena villa-villa tersebut sudah berdiri sejak tahun 1994. Keempat adalah arah perubahan yang terjadi yaitu secara linear perubahan berlangsung secara maju dari waktu ke waktu yang dibuktikan sengan semakin banyaknya konversi lahan pertanian yang digunakan untuk villa. Komponen kelima adalah kecepatan termasuk pada perubahan yang lambat karena perubahan yang terjadi tidak mengalami perkembangan yang cepat. Komponen yang terakhir yaitu besaran, termasuk dalam besaran incremental karena perubahan yang terjadi di Desa Tugu Jaya berlangsung sedikit demi sedikit namun teratur. Konflik mengenai konversi lahan menjadi villa yang terjadi di sekitar Desa Tugu Jaya berdasarkan teori konflik termasuk ke dalam teori konflik kritis. Berdasarkan teori ini, Potensi konflik di Desa Tugu Jaya disebabkan karena konversi lahan pertanian terjadi di antara kelas sosial yang terdapat di struktur sosial masyarakat setempat. Saran • Kepala desa seharusnya lebih selektif dalam memberikan izin pembebasan lahan oleh pihak-pihak, baik swasta maupun individu yang akan menjadikan lahan tersebut untuk pembangunan vlla. • Sebelum menjual lahannya sebaiknya masyarakat memikirkan kembali dampak apa yang akan terjadi ketika mereka kehilangan lahannya, tidak hanya memikirkian keuntungan sesaat agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. • Baik pemilik lahan maupun penggarap harus sadar batas-batas lahan yang mereka miliki, sehingga tidak ada kesalahpahaman yang berujung pada proses hukum. Daftar Pustaka Astuti DI. 2011. Keterkaitan harga lahan terhadap laju konversi lahan pertanian di hulu sungai ciliwung, Kabupaten Bogor. [skripsi]. [internet]. [diunduh pada 7 Oktober 2013]. dapat diunduh dari Bahan Ajar Mata Kuliah Sosioogi Pedesaan. Bogor [ID] IPB Press. Kiseng RA 2012. Bahan Ajar Mata Kuliah Perubahan Sosial. Bogor [ID] IPB Press. Musdalifah. [Tidak ada tahun]. Konflik Agraria dalam Relasi Antara Perusahaan Perkebunan dengan Masyarakat Kasus Konflik antara Petani dengan PT. PP Lonsum di Kabupaten Bulukumba. Jurnal disertasi. [internet]. Diunduh dari 1320 12 Desember 2013 Sihaloho, Martua. 2004. Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria Kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Tesis Pasca Sarjana. Bogor IPB. Soekanto S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta [ID] Raja Grafindo Persada. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Oleh dunia internasional, Indonesia dikenal dengan negara agraris karena memiliki potensi sumber daya pertanian berupa lahan yang luas dan komoditas yang beragam serta melimpah. Selain itu juga sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja pada bidang pertanian. Namun itu dahulu, sekarang sudah mengalami perubahan, masyarakat satu persatu mulai meninggalkan dunia pertanian dan beralih ke sektor industri dan perkantoran. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang sudah tidak sama lagi, banyak lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi perumahan atau perkantoran. Selain itu profesi petani juga masih dipandang sebelah mata karena dianggap tidak menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan yang makin meningkat setiap harinya. Kemudian kurangnya minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian membuat pertanian Indonesia semakin menua, artinya sebagian besar petani adalah masyarakat yang sudah beranjak tua. Hal ini lah yang disebut sebagai perubahan sosial dalam masyarakat terutama di bidang sosial sendiri merupakan suatu pergeseran atau perkembangan dalam struktur sosial masyarakat yang terdiri dari perubahan maju atau mundur. Perubahan maju adalah perkembangan keadaan yang memberikan dampak yang baik serta kemajuan dalam masyarakat. Sedangkan perubahan mundur merupakan pergeseran keadaan yang memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat. Penyebab dari perubahan sosial ini karena faktor internal yaitu jumlah penduduk yang bertambah atau berkurang, adanya penemuan baru, serta terjadinya konflik dalam masyarakat. Selain itu juga ada faktor eskternal karena pengaruh lingkungan sekitar, kebudayaan lain, hingga ini teknologi semakin berkembang dengan cepat hingga dapat merubah hidup masyarakat, tidak terkecuali pada dunia pertanian. Dalam sektor pertanian dapat kita lihat berbagai perubahan sosial yang terjadi. Yang paling sering kita temui adalah mulai banyak digunakannya alat dan mesin pertanian seperti traktor, alat pemanen hasil pertanian, hingga alat pengolahan pasca panen. Jika kita lihat dari keefisiensiannya tentu alsintan ini sangat efisien karena dapat menghemat waktu dan tenaga. Namun, jika kita lihat dari sisi sosial maka memberikan dampak buruk karena jika sebelumnya untuk memanen padi misalnya, pasti para pengelola lahan akan mempekerjakan petani musiman. Banyak masyarakat yang bekerja sebagai petani musiman yang biasanya dipekerjakan ketika musim tanam atau musim panen, dan hal ini sangat biasa terjadi sejak dahulu. Dengan adanya teknologi berupa alsintan ini maka banyak petani musiman yang kehilangan pekerjaannya. Dahulu kegiatan pertanian selalu dilakukan di kebun atau sawah yang memiliki lahan luas. Kini lahan yang ada semakin sempit dan susah untuk melakukan budidaya. Namun, seiring berkembangnya zaman sekarang kita bisa melakukan budidaya walaupun hanya menggunakan lahan sempit. Saat ini sudah sangat terkenal yaitu budidaya menggunakan hidroponik atau teknik menanam tanpa menggunakan tanah dan berfokus pada pemberian air serta pemenuhan nutrisi yang diperlukan tanaman. Kegiatan budidaya hidroponik ini mudah untuk dilakukan, dapat diterapkan di pekarangan rumah yang sempit, serta mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Terutama ketika masa pandemi covid-19 yang memaksa kita untuk menghindari kontak langsung dengan orang lain dan mengurangi aktivitas di luar rumah. Untuk mengisi waktu luang bisa dengan berbudidaya tanaman sayur bersama keluarga dengan menggunakan hidroponik di rumah masing-masing. Tentunya sayuran yang kita tanam sendiri pasti jauh lebih sehat dan higienis. Selain untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga, hasil panen tersebut dapat dijual untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Baru-baru ini perkembangan sektor pertanian tidak lagi hanya seputar alsintan serta teknologi budidaya tanpa tanah. Sekarang pada era revolusi industri ada yang namanya smart farming atau pertanian pintar yang merupakan kegiatan pengelolaan pertanian dengan menggunakan alsintan dan penerapan teknologi digital dengan tujuan meningkatkan produktivitas dan keuntungan secara berkelanjutan. Secara mudah nya ini merupakan kegiatan pertanian yang mulai dari pemantauan keadaan unsur hara tanah, pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman seperti penyiraman dan pemupukan, dan lain sebagainya menggunakan internet. Jadi para petani lebih mudah untuk mengawasi serta memberikan penanganan pada tanamannya. Perubahan yang sangat besar ini belum banyak dilakukan oleh petani Indonesia karena kurangnya pengetahuan serta memerlukan dana yang besar, biasanya baru dilakukan oleh perusahaan. Dengan adanya smart farming ini petani menjadi bisa bekerja lebih efisien karena semua data terkait tanaman dapat diakses menggunakan internet. Hal ini membuat perubahan sosial pada masyarakat dimana sebelumnya pada suatu lahan bisa mempekerjakan 10 orang atau lebih, namun dengan adanya teknologi ini satu lahan cukup dipantau oleh 2-3 orang saja. Semakin banyak masyarakat yang terancam kehilangan contoh perubahan di sektor pertanian tersebut merupakan perubahan sosial yang memberikan dampak besar bagi masyarakat. Setiap perubahan dan perkembangan yang ada pasti memberikan dampak baik dan buruk tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Dampak baik yang ditimbulkan dari berkembangnya teknologi biasanya terkait dengan kegiatan pertanian yang menjadi jauh lebih mudah, efisien, dan modern. Namun disisi lain ada dampak buruk yang mengintai yaitu akan semakin renggangnya interaksi antar masyarakat, serta banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan karena tergantikan oleh mesin. Untuk mengatasi hal ini kita harus dapat senantiasa mengikuti perkembangan teknologi yang ada, namun tetap tidak boleh melupakan atau mentiadakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya